05 September, 2009

Pengalaman Membuat Passport di Imigrasi Suci Bandung

Ini merupakan pengalaman pertama kalinya gua berhubungan dengan birokrat. Awalnya biasa aja, tapi setelah sampai di tahap akhir pengurusan passport. Baru gua sadar kalau gua adalah seorang yang nggak sabaran, pemarah, maupun pendendam.

Jadi, yang menjadi salah satu tolak ukur bagi semua orang yang ingin mengetes kesabaran adalah. Silahkan datang ke birokrasi terdekat!

***
Tanggal 14 Januari 2009. Gua mengurus passport di kantor Imigrasi Bandung. Awalnya gua ragu untuk urus sendiri, selain gua belum pernah berurusan dengan birokrat, gua juga tipe orang yang malas dipersulit. Jadi kalau ada orang yang menyediakan jasa cepat (calo) lebih baik gua pake itu aja. Selain mudah gua juga ga perlu tunggu lama. Tetapi jelas, ada kekurangannya. Pengurusan melalui calo jelas lebih mahal.
Karena bulan itu gua lagi banyak pengeluaran penting, seperti: baru kolokium dan smesteran baru. Jadinya gua pun mengurungkan niat menggunakan jasa calo.

***

Ini mungkin perbandingan antara gua pake jalur normal, cepat (calo), dan super cepat (calo):

- Jalur normal : Rp.270rb, selesai kira-kira 12 hari.
- Jalur cepat (calo) : Rp. 750rb, selesai 2 hari
- Jalur super cepat (calo) : Rp.1jt, selesai selama 1 hari saja!!

Dilihat dari perbandingannya. Terlihat jelas, menggunakan jasa calo jelas lebih mudah dan cepat, tapi konsekuensi yang harus gua ambil adalah jasa itu 300-400% lebih mahal dari harga normal. Kalaupun gua pakai jalur normal, harganya mungkin murah, tapi waktu selesainya lama, dan pastinya perlu kesabaran.

Dengan berbekal keteguhan gua waktu itu. Akhirnya gua memberanikan diri pergi ke kantor Imigrasi. Kebetulan jarak kantor itu dari rumah gua hanya butuh sekitar 5 menitan aja pakai motor.

Kesan pertama yang gua liat dari kantor itu adalah : sumpek!, banyak mobil diparkir di halaman parkir kendaraan yang cukup sempit, orang yang berlalu lalang juga semakin membuat pemandangan menjadi tambah sumpek. Saking banyaknya, gua bahkan sulit membedakan antara pelamar, atau calo, karena semuanya sama-sama mengenakan baju yang bagus.

Ada suatu ketentuan yang baru gua tahu saat pertama kalinya gua pergi ke Imigrasi, yaitu para pelamar harus mengenakan baju formal. Maksudnya pria menggenakan kemeja, sedangkan wanita mengenakan pakain bebas asal sopan.

Ada beberapa tahapan sampai akhirnya gua mendapat passport gua : 
Tahap I : Penyerahan Dokumen dan Formulir
Tahap II : Pembayaran
Tahap III : Wawancara, ambil sidik jari, juga pemotretan.
Tahap IV : Pengambilan Passport.
  
  • Dari Tahap I : Penyerahan Dokumen dan Formulir s/d Tahap II : Pembayaran gua membutuhkan waktu kira-kira 5 harian, sampai gua diminta untuk balik lagi ke kantor imigrasi untuk melakukan tahap II : Pembayaran.
  • Tahap III : wawancara, ambil sidik jari, dan pemotretan, kira-kira selang sehari setelah tahap II : Pembayaran.
  • Tahap IV : Pengambilan passport, kurang lebih 7 hari setelah tahap III : Wawancara, ambil sidik jari, juga pemotretan.
Total gua butuh 13 hari untuk menyelesaikan semua tahapan di atas.

Kalau misalkan gua menggunakan calo, gua nggak perlu bingung-bingung menghitung berapa hari sampai passport kita selesai. Gua Cuma perlu datang, dipotret ambil sidik jari, pulang, tidur, besok jadi.
Beda kalau gua pake jalur normal. Selama 13 gua menyelesaikan semua tahapan pembuatan passport itu, gua menemukan pengalaman buruk pertama gua dalam menghadapi birokrasi untuk pertama kalinya.

***
Tahap I : Penyerahan Dokumen dan Formulir  

Setelah gua mengisi formulir dan melengkapinya dengan data penunjang, seperti :
- Foto Copy KTP
- Foto Copy Kartu Keluarga (KK)
- Foto Copy Akte Kelahiran

Akhirnya gua menyerahkan dokumen-dokumen tersebut dalam sebuah map khusus yang diberikan oleh pihak Imigrasi. Di dokumen tersebut terdapat kolom : Nama, Kewarganegaraan, Tanggal Lahir, No.KTP. Yang harus kita isi dengan benar.
Gua duduk di depan loket I tempat penyerahan berkas pendaftaran. Kurang lebih sekitar 45 menit setelah berkas dikumpulkan, Nama gua dipanggil, “Panduwinata” melalui pengeras suara atau lebih terdengar “Psdfansdfuwsdfisdfnatsdfa” di telinga gua akibat kualitas mic yang kurang bagus.

Gua bergegas ke loket dan segera ambil kuitansi. Isi dari kuitansi itu adalah tanggal kapan gua harus kembali lagi ke imigrasi untuk dua tahap berikutnya tahap berikutnya, yaitu Tahap II : Pembayaran, dan tahap III : Wawancara, Sidik Jari, dan Pemotretan.
Ternyata setelah gua lihat, tanggal di laksanakan tahap pembayaran hinggal tahap wawancara hanya berselang satu hari saja. Kalau begitu kenapa tidak disatukan saja yah di hari yang sama?

---
Tahap II : Pembayaran 
Setelah pulang dari Jatinangor tanggal 19 Januari, tepatnya jam 14:00. Gua ke Imigrasi lagi sesuai dengan tanggal pembayaran. Setelah gua memarkirkan motor bebek jadul tahun 70 gua. Gua langsung mengambil nomor dan melakukan pembayaran di Loket Pembayaran.

Pandu : Mas, saya ingin bayar. Ini kuitansinya.
Mas : ....
Mas : ....
Mas : .... (tetap diam)
Pandu : Mas, ini saya ingin bayar.
Mas : Iya, tunggu dulu, saya selesein berkas ini dulu.
Pandu : Bilang Dong!! (kesal)

Setelah gua berkata dengan nada yang lebih tegas, akhirnya dia langsung memberhentikan kegiatan dia saat itu dan langsung mengambil berkas dan menerima pembayaran sebesar Rp270ribu. Segera setelah gua mendapat bukti pembayaran, gua segera pulang.

***
Tahap III : Wawancara, Ambil Sidik Jari, Pemotretan

Besok hari setelah gua selesai melakukan tahap pembayaran, gua kembali lagi. Tapi yang sekarang gua datang lebih awal dari biasanya, pukul 8:30. Sesuai dengan pengalaman sebelum-sebelumnya, kondisi imigrasi semakin siang semakin padat. Oleh karena itu gua akhirnya memutuskan untuk datang lebih pagi.

Tak lama setelah gua mengambil nomor antrian, gua langsung disuruh masuk ke dalam ruangan, katakanlah ruangan itu bernama loket II. Di loket ini gua memberikan nomor antrian yang telah gua bubuhi nama gua di sana. Beberapa saat kemudian nama gua dipanggil melalui pengeras suara, ““Psdfansdfuwsdfisdfnatsdfa”

Di dalam ruangan tempat wawancara itu dilaksanakan. Ada sekitar lima meja dengan sebuah web-cam di masing-masing mejanya. Akhirnya gua pun duduk di salah satu meja tersebut untuk diambil gambarnya. Gua disuruh menghadap kamera, dan.. “1.. 2... 3. Iya, sekarang sebelah kanan”.

Otomatis karena petugas itu menyebut kata “sebelah kanan” dan juga masih dalam konteks pemotretan, akhirnya gua pun merubah arah duduk menyamping ke kanan seperti narapidana yang diambil potretnya dari segala arah di depan kamera. Dalam hati, “Kok aneh yah disuruh menghadap ke sebelah kanan segala?.”
Petugas hanya tersenyum, “Maaf, maksud saya, sekarang tangan sebelah kanan, kita sekarang ambil sidik jari”.

Aduh, gua malu banget waktu itu, gua berharap segera keluar dari ruangan cepat-cepat. Akhirnya sidik jari pun diambil.

Setelah selesai pengambilan gambar beserta sidik jari. Tahapan berikutnya adalah wawanca. Tidak banyak yang ditanya oleh petugas, tidak seperti yang gua bayangkan sebelumnya. Petugas hanya bertanya, “Nama lengkap? Sudah punya passport sebelumnya?.” Itu saja, tidak banyak.

Setelah semuanya selesai, kita langsung mendapat secarik kertas yang harus diberikan saat pengambilan passport di tahap terakhir. Tahap IV :Setelah selesai, kita dapet secarik kertas yang harus diberikan ketika pengambilan passport tahap IV : Pengambilan Passport

***
Tahap IV : Pengambilan Passport.

Tepatnya tanggal 28 Januari 2009, akhirnya gua mendapat passport gua. Tahap terakhir adalah tahap terdramatisir dari berbagai tahapan yang ada sebelumnya. Di sinilah kesabaran gua diuji sampai titik apa.
Kira-kira tanggal itu ga menyempatkan diri untuk datang ke kantor Imigrasi pukul 09:30 sepulangnya gua dari rumah temen pagi itu. Seharusnya passport sudah bisa gua ambil pada tanggal 27 Januari 2009 satu hari sebelumnya. Hanya saja, karena tanggal itu masih ada beberapa laporan yang harus direvisi, makanya gua baru sempat datang tanggal 28 Januari 2009.

Seperti biasa, langkah pertama yang gua lakukan pertama kali seperti rutinitas-rutinitas sebelumnya adalah mengambil nomor antrian. Setelah gua memberikan nomor antrian dan juga secarik kertas yang gua dapat pada tahap III : Wawancara, Sidik Jari, dan Pemotretean sebelumnya, gua segera mencari tempat duduk di barisan paling depan. Supaya gua bisa mendengar lebih jelas kalau nama gua dipanggil nanti.

Saat duduk itu, gua sempat berbincang dengan pelamar yang sedang menunggu juga. Dia adalah seorang pensiunan ABRI. Karena tidak ada kerjaan, si bapak itu pun alhasil mengajak gua bicara “ngalor-ngidul” seputar: politik, sejarah, dan pendidikan.

Karena bahasa yang diperbincangkan cukup menarik, akhirnya gua pun terbawa dalam pembicaraan tersebut. Sampai akhirnya gua tersadar.

“Waduh!, udah jam setengah 11 aja nih.”

Gua kebetulan ada acara lain jam 12, dan gua juga berencana ke Depok jam setengah 6 hari itu.
Untuk memastikan tentang keberadaan passport gua. Akhirna gua bertanya kembali ke salah satu petugas Imigrasi yang sedang bekerja. Dia bilang passport gua sedang diurus oleh kepala kantor jadi gua dipersilahkan untuk menunggu.

Gua masih bis menolerir alasan itu, waktu itu. Gua pun memutuskan untuk kembali duduk manis di bangku ruang tunggu. Karena sudah bosan, pembicaran yang awalnya menyenangkan, mendadak menjadi membosankan.

Sambil memecah kebosanan, gua memutuskan untuk browsing segala situs di HP waktu itu. sampai gua melihat jam lagi, ternyata waktu sudah menunjukkan jam 11:30.

“Waduh! Gua ada janji nih jam 12.”

Saat gua baru sadar itu, gua merasa ada sesuatu yang ganjil terjadi.

“kenapa ibu-ibu yang baru saja menyerahkan surat hasil wawancara 15 menit yang lalu tiba-tiba dia sudah mendapat passportnya dalam sekejap?”.

Akhirnya gua kembali bertanya ke petugas di loket penyerahan passport.

Pandu              : Kapan passport saya selesai?
Petugas            : Sebentar lagi, sabar
Pandu              : Gimana saya bisa sabar. Ibu-ibu yang tadi dateng belakangan cuma 15 menit aja bisa dapet passprt masa saya yang udah dua jam gini, masih belum dapet juga?”
Petugas            : Lagi diproses, lagi ditanda tangani kepala kantor
Pandu              : Ok, di mana ruangan kepala kantornya, saya mau menghadap dia sekarang?!
Petugas            : Oh, maaf nggak bisa.
Pandu              : Gini aja pak! Kapan pastinya tuh passport selesai, ntar saya balik lagi!
Petugas            : Setelah istirahat
Pandu              : Ok, saya dateng lagi jam 13:30, tapi pastikan passportnya udah siap?
Petugas            : Baik

Karena gua ada keperluan dulu di luar jadinya memutuskan urusan di tempat lain.

Kira-kira pukul 13:30 gua sudah berada di kantor Imigrasi. Tanpa banyak basa-basi gua pun segera pergi ke loket penyerahan passport itu.

Pandu               : Pak, saya mau ambil passport saya.
Petugas            : Atas nama siapa pak?.
Pandu              : Psdfansdfuwsdfisdfnatsdfa.
(Petugas sibuk mencari-cari.)
Petugas            : Belum masuk pak.
Pandu              : Gimana sih, kan katanya selesai setelah istirahat. Yang bener kalau ngomong?!.

Jujur, sebenarnya gua merasa tidak enak juga berbicara dengan intonasi yang tegas ke seorang bapak-bapak yang umurnya beda 30 tahun di atas gau. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau gua tidak besikap seperti itu, pastinya pihak calo-calo yang lain mendahului gua lagi.

Gua cuma berharap hak gua terpenuhi, setelah gua telah melaksanakan gua membayar sejumlah uang untuk pembuatan passport ini. Yang paling menyjengkelkannya adalah di jam-jam berikutnya petugas masih tetap mendahulukan calo-calo tersebut.

Akhirnya gua tidak bisa diam, gua berusaha lebih tegas lagi.

Pandu : Jadi sekarang saya harus nunggu berapa jam lagi??!!

Si petugas itu bertanya dengan nada berbisik-bisik dengan petugas di sampingnya tentang kesiapan passport atas nama gua. Lucunya adalah walaw status mereka berbicara ‘berbisik-bisik’ tetapi gua masih bisa mendengar suara mereka dengan. JELAS!.

Petugas itu berkata kepada temannya, kalau berkas atas nama gua belum diberikan, dan dikirim kepada kepala kantor untuk ditandatangani. Berkas tersebut masih berada di atas mejanya dan belum terurus.

Petugas            : Tunggu sebentar, lagi ditandatangani
Pandu            : Apaan lagi ditandatanganin, saya denger bapak tadi bicara apa?! Berkas saya belum dikerjakan kan?! 
Gini aja pak, saya mau bapak prioritasin saya, sebagai orang yang udah nunggu 4 jam disini! Bapak pikir kerjaan saya cuma diem aja di sini? Saya juga ada keperluan yang lain lagi pak!

Pelamar yang lain, tiba-tiba menatap gua dengan kaget, menatap tepat kea rah gua yang sedang marah waktu itu.

Untuk meredakan amarah, akhirnya gua pun memilih duduk, dibandingkan banyak berbicara di sana. Saat duduk itu ada seorang ibu di sebelah gua yang juga telah menunggu dari jam 12 tetapi passportnya belum jadi.
Berbicaralah gua dengan ibu tersebut. Sampai akhirnya jam setengah 4 gua kembali ke loket penyerahan passpot. Lalu berkata:

Pandu              : Pak, mana passport saya!
Petugas            : Iya, pak sedang ditandatangani.
Pandu              : PAK! YANG BENER KALAU KERJA!! JANGAN KAYA TAI GINI LAH PAK!! LO PIKIR KAGA CAPE GUA NUNGGU DI SINI!! AN***G LO!!

Keadaan kantor Imigrasi yang mulai sepi sejak ditutup jam 3 tadi, tiba-tiba bertambah hening, hanya terakan gua saja yang sempat mengisi kehampaan di ruangan itu. Semua mata orang hanya tertuju kea rah gua yang saat itu sedang marah, dengan muka yang merah karena menahan luapan emosi.

Pandu              : LIMA MENIT LAGI GA SELESAI GUA OBRAK-ABRIK TEMPAT INI!!

Lucunya, setelah gua berteriak seperti itu. Tidak ada lima menit passport gua selesai juga. Tanpa berkata terima kasih, gua mengambil passport yang telah gua dapat itu, dengan berkata.

Pandu              :KAMPET!

Si petugas menyuruh gua untuk memfotokopi terlebih dahulu passport yang baru gua dapat kemudian diberikan ke dia.

Segera gua memfotokopi passport tersebut lalu segera menyelesaikan segala urusan yang ada di saina. Sore itu kondisi kota Bandung yang harusnya semakin sejuk menjelang malam, malah terasa semakin panas.
Gua meninggalkan kantor Imigrasi dihari terakhir dengan bergumam sendiri, “Untung buat passport cuma 5 tahun sekali. Kalau sebulan sekali bisa cepet jantungan gua.”

13 komentar:

Anonim mengatakan...

kata2 temen2 gw malah kantor bandung yang lebih mendingan man!

gw pernah juga sih nungguin (cw gw yang bikin) tapi gw gak sampe segitunya bentak pake nendang2 segala... damn those freak!

Andhika Panduwinata mengatakan...

Wah, berarti cewek lo lagi beruntung gan. Kondisi gua waktu itu. Gua nunggu sampe 6 jam. Asli, udah 3 jam pertama aja nunggu rasanya kesel banget.

Gara-gara orang yang ngantri belakangan dari gua tapi dapet passport cepet..

Gua berfikir, birokrasi itu harus dipecut dulu pakai shock therapy supaya mau jalan. Ini sharing pengalaman gua aja di Imigrasi Bandung.

Shapydolls mengatakan...

wkwkwkw.. aduh gw jg pengen buat pasport ni --'
tapi masalhnya imigrasi ada di kota pemalang sedangkan daerah asal gw di tegal kira2 2 jam perjalanan... kalo ngga pake calo bisa gila gw di gituin --'

Andhika Panduwinata mengatakan...

@Shapy : buat passport gampang kok. cuma kalau emang mau sendiri, kitanya harus sabar selama di sana.

Cara yang paling nyaman, tentu aja pake calo. Paling nggak bedanya soal harga (jelas).

Anonim mengatakan...

Bener gan, LAPORIN AJA KE 9444 SMS Ke PAK SBY LANGSUNG, KALO PERLU LAPORIN SKALIAN KEPALA KANTOR IMIGRASINYA,,,, ASAL ENTE BENER PUNYA KEBUKTIANNYA,,,,

Andhika Panduwinata mengatakan...

Sayangnya gua lemah di sini. gua ga ada bukti dan kejadiannya juga udah bulan januari kemaren.. birokrat..birokrat..

yasi mengatakan...

wah, masa sih? kata gue mah kantor imigrasi bandung malah baek bener.
gue pernah buat paspor jadi dalam waktu 5 jam dan cuma bayar 270ribu. gara gara dengan wajah super memelas bilang "pak, promo tiketnya cuma sampe besok nih... kalo paspor saya nggak jadi sekarang, saya nggak jadi pergi..." dan dengan begitu baiknya si bapak langsung nyuruh foto dan wawancara. langsung jadi deh si paspor. walaupun,, "neng, diambilnya beberapa hari lagi aja ya? saya nggak enak sama yang lain. tapi kertas ini bisa buat booking pesawat. berguna pesis kayak paspor" kata si bapak sambil ngasih sehelai kertas. hehehehe.
jangan emosi bos, pasang tampang memelas aja...

Andhika Panduwinata mengatakan...

@yasi : gua mungkin ga bakalan bisa melas, karena wajah gua itu turunan bokap gua orang Sulawesi. Rada sangar, masa orang sangar melas.. Kayak gimana tuh jadinya :D

Anonim mengatakan...

hehe.... gak jauh beda sm gw waktu bayar pajak dulu thn 2006. pdhl bukan ngebikin, cm bayar pajak di bdg. nunggu dari jam 9 sampe jam 3 sore. parah! untuk skrg udh direformasi dan gak lama kayak dulu lg. smoga sistemnya diperbaiki y...

ardian eko mengatakan...

Keren Bro cara menghadapi birokratnya.. hehe..
Gw juga males ngurus2 kek gitu. Kemarin waktu bikin passport, karena waktu mendesak akhirnya lewat calo. Ntah itu calo ato bukan namanya karena gw dibantu ama petugas yang ada didepan itu. Bayarnya 200% dari normal. Jadinya 5hari. Lumayanlah. daripada 1juta.

Ditaa mengatakan...

Pandu, kantor imigrasi tu buka ga si hr sabtu?
trs mungkin ga si minta reschedule jadwal2 yang uda ditetapin ama petugas imigrasinya? (direschedule jadi lebih lambat bukan lebih cepet...at present gw tinggal di jakarta and running out of annual leaves!! kl aja gw tau lebih awal bhw bikin paspor tu makan waktu..)
let's say gw tinggal di cimahi, tetep hrs ke suci juga ya bikin paspornya?
lo pernah apply buat dapet visa jg ga? share it pls..

Anonim mengatakan...

achhhhhhhh g da yg bner.. tetep uud, semua dach lengkap, pasti da jach kurang...!!! gmn yCH gR KITa di dengar.......!!!!!!!

kristono mengatakan...

kebetulan nemu komentar mengenai imigrasi
q baru aja kesana tadi.. emang kaya kampret tu kantor birokrasi

Posting Komentar