26 Maret, 2010

Traveling Jakarta : CSI Festive. Mari Kita Invasi Jakarta!!

Jakarta adalah penjelmaan ibu tiri yang kejam dan tak mengenal kata "ampun". Paling tidak, seperti itulah gambaran tepat yang dialami 20 warga Bandung di sana beberapa waktu yang lalu.

Kondisi Jakarta tidak berbeda seperti kebanyakan ibukota lain. "SUCKS!". Tapi, pengalaman berpartisipasi dalam Couchsurfing Indonesia Festive (CSI Festive) kemarin menyimpan banyak kenangan tentang arti sebuah persahabatan yang sulit dilupakan sampai kapan pun juga.

--

Sebelumnya, gua ingin memperkenalkan profil singkat teman-teman gua para "imigran gelap" dari Bandung yang bersama-sama pergi ke Jakarta kemarin.


Mereka adalah sekumpulan orang yang rela merubah kebutuhan "tersier" menjadi "primer" untuk sebuah hobi bernama backpacking. Ketika kita mendapat cap sebagai orang yang mempunyai hobi "jalan-jalan" (backpacking).

Orang awam akan berkomentar pedas : "Hobi apaan tuh? ga berguna, ngabisin duit, sia-sia, bla-bla-bla..".

Jika kalian berpikir seperti itu, maka coba ubah pikirkan itu kembali. Di luar dari backpacking adalah hobi yang membuat "candu". Hobi ini pula mampu merubah karakteristik seseorang secara tidak langsung, lho.

--Dikutip dari buku "Keliling Eropa 6 bulan hanya 1000 dolar!" 

... Backpacking sendiri suatu hobi yang mencakup semua hal. Bahkan konon perusahaan besar di Amerika mengakui, secara tidak tertulis, bahwa mereka mempertimbangkan fresh graduate yang mempunyai catatan backpacking dalam CV mereka!


Mengapa?


Karena backpacking adalah bukti kepemimpinan yang nyata. Dalam backpacking kita dituntut bertanggung jawab atas perencanaan, pengambilan keputusan, dan resiko yang berada di jalanan dengan penuh pertimbangan. Di sisi lain para "backpacker" dipercaya mempunyai adaptasi yang bagus terhadap situasi yang serba berubah. Interpersonal skill mereka biasa di atas rata-rata karena mereka bisa berkomunikasi dengan baik apabila ingin mendapat bantuan di jalan. Jika pengalaman backpacking telah melewati lintas negara. Jelas kemampuan berbahasa paling tidak sudah "wajib" dimiliki oleh orang-orang tersebut...

--

"Jadi sekarang, apa pendapatmu tentang backpacking?"

--

Kalau ga ada keperluan membeli film laknat di Glodok. Males banget gua ke Jakarta.

Jakarta adalah kota yang cukup gua hindari untuk berlibur. Dalam pandangan gua : "Apa sih yang bisa dinikmati di sana, selain wisata untuk menghabiskan uang?". Terlebih, Jakarta juga dinobatkan sebagai ibu kota termahal nomor dua setelah Singapur di ASEAN. *weks*

Tidak salah film klasik Indonesia menyebut kota ini dengan sebutan : "Kota yang lebih kejam daripada ibu tiri".

--

Beberapa bulan sebelum keberangkatan, tepatnya bulan Januari 2010, untuk pertama kalinya gua gathering dengan suatu kelompok "penggila jalan-jalan" bernama Couchsurfing (CS).

Kelompok ini sebelumnya pernah gua ulas di beberapa tulisan gua terdahulu : Tips Mendapatkan Penginapan Gratis dan Tahun Baru bersama Couchsurfing Bandung.

Pada saat gathering waktu itu disebutkan akan ada acara besar di Jakarta bernama CSI Festive, di mana di sana akan dipertemukan kelompok-kelompok CS dari berbagai daerah di Indonesia.

"Ini adalah gathering nasional, hanya saja acaranya tidak diselesaikan dalam satu hari saja, melainkan seminggu penuh.".

Dalam acara itu, setiap daerah akan mempertunjukkan kebolehannya masing-masing.

Kami sebagai perwakilan kota Bandung dan regional Jawa Barat mempunyai gagasan menarik untuk menampilkan beberapa kesenian Jawa barat dan Luar Negeri, meliputi : angklung, tari merak, jaipong, dan salsa.

Agar realisasi tersebut tercapai, maka kita secara sukarela meluangkan waktu kosong setiap minggunya untuk berlatih kesenian-kesenian itu di beberapa tempat berbeda di Bandung.

-----

Perkenalan gua dengan Angklung berawal pada bulan September 2009 kemarin. Sudah tiga tahun semenjak gua menetap di Bandung, tapi selama itu pula gua belum mengenal alat musik tradisional ini dengan baik.

Sampai akhirnya suatu hari ada seseorang berkebangsaan Lithuania menghubungi gua melalui situs CS untuk tinggal beberapa hari di rumah gua.

Saat itulah perkenalan gua dengan alat musik angklung dimulai. Sebelum kedatangannya di Bandung gua mencoba mencari informasi mengenai wisata apa saja yang cukup menarik di sini. Setelah browse situs sana-sini, akhirnya gua tertarik mengunjungi Saung Angklung Udjo. 

Kenapa memilih tempat itu?.

Selain tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah, gua pun penasaran "gimana sih cara mainin angklung?". Dari situlah awal perkenalan gua dengan alat musik tersebut dimulai.

Apakah kalian memperhatikan ada yang memasang muka monyet di foto sebelah kanan? hehe

Sempat ada hal hebat terjadi, di saat gua sedang rutin berlatih angklung beberapa bulan yang lalu.

Dari awalnya iseng latihan, awal Maret kemarin gua bersama beberapa teman gua "secara kebetulan" sempat menjadi peserta konser angklung di Indoor Theatre Dago Thee House yang ditonton langsung oleh Gubernur dan disiarin oleh TV lokal Bandung, lho.. hehe (^^)a


--

13 Maret 2010

Penantian tidak berujung berakhir sudah. Latihan yang telah dilakukan selama dua bulan akhirnya harus dipertunjukkan!

Hari itu kita berangkat dengan kereta api Parahyangan menuju Jakarta pukul 06.30 pagi.

Beberapa hari sebelum keberangkatan, sempat terjadi miskomunikasi mengenai harga tiket. Karena kesalahan tersebut, maka teman gua Yogi yang bertugas membeli tiket secara kolektif harus menanggung kekurangan sebesar Rp.10rb/orang terlebih dahulu.

"20 orang x Rp 10rb = Rp 200rb!."


"WOW! Banyak banget! HAHA"

--

Perjalanan kereta Bandung - Jakarta ditempuh dalam waktu 3 jam. Kita dapat melihat pemandangan indah perbukitan yang terbentang luas menghampar di sepanjang perjalanan. Sayang, menurut gua, pemandangan sebelum dibangun jalan tol Cipularang jauh lebih indah dibandingkan sekarang.


Perasaan senang, gembira terpancar jelas dari raut wajah teman-teman gua semua. Kita bercanda dan tertawa riang sepanjang perjalanan. Terkadang suara tawa kita pun memenuhi satu gerbong kereta itu..

Tapi, tawa mereka tidak berlangsung lama..

--Dua jam kemudian...

"Kenapa ni kereta tiba-tiba panas ya?".

Ketika sadar, hawa panas tersebut menunjukkan bahwa mereka sudah dekat dengan ibu kota. Maka para imigran itu pun hanya bisa terdiam lemas, tak bertenaga. Kegembiraan di dalam kereta yang sebelumnya terlihat, sekarang berubah menjadi suatu keheningan yang hampa..

Karena kegerahan, maka teman-teman gua tidak bisa melakukan hal lain yang menyenangkan, selain ... tidur?!.


Beberapa orang terpaksa membuka jendela, agar hawa di dalam kereta menjadi lebih sejuk. Tetapi semakin dibuka, semakin terpanggang lah mereka di dalam?!. Udara panas dari luar kereta serta merta terhisap masuk dan membuat panas gerbong, menggila!.

--

Setiap orang mempunyai ekspresi berbeda untuk menghilangkan perasaan jenuhnya di dalam kereta. Sebagian memilih tidur, sebagian pula ada yang menikmati pemandangan ke luar jendela. Tapi ada salah satu teman yang mengekspresikan rasa penatnya secara berlebihan.. Sangat beda.. sangat absurd.. bahkan setelah melihat fotonya selama beberapa detik, gua perlu waktu sejam untuk menenangkan diri setelahnya..

 --> same person! ->

--

JAKARTA KAMI DATANG!!!

Setelah 3 jam perjalanan yang melelahkan, sampai juga kita di stasiun Gambir. Stasiun yang identik dengan dinding berwarna hijaunya itu adalah stasiun yang sangat terkenal di Jakarta. Letaknya cukup strategis, berada tepat di depan halaman Monas yang menjadi landmark kota ini.

Dalam perjalanan menuju Monas, tempat di mana CSI festive akan digelar. Selang beberapa detik sekali gua secara konstan mendengar kata :"FOTO!.. FOTO!". Ajakan itu bahkan terdengar dalam sela beberapa langkah dari jeda pengambilan foto terakhir. "Cheese!..", "Ayo foto lagi!",  "Ayo lagi!", "Sekarang ganti gaya Candid ya!", "Lagi.. lagi".. Menyenangkan berjalan dengan mereka! :)

Untuk keperluan dokumentasi, sebenarnya gua membawa kamera, cuma aja jarang digunakan. Gua yakin teman-teman sudah mengambil banyak dokumentasi. Untuk itu, lebih baik minta izin aja ke mereka supaya fotonya bisa digunakan untuk keperluan dokumentasi pribadi gua :)

--

 

Monumen Nasional atau yang populer disingkat Monas adalah salah satu monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda.

Selain untuk berekreasi, di sini pula terdapat beberapa macam kegiatan yang bisa dilakukan, contohnya berolahraga. Bahkan sekalipun kalian tidak merencanakan berolahraga di sini. Luasnya halaman Monas, memaksa kalian untuk berjalan kaki jauh mengitari halaman Monas yang luas itu.

-- tambahan


Sebenernya ada hal yang cukup mengejutkan tentang kelakuan pengunjung di sini. Awalnya gua ga pengen cerita, tapi setelah dipikir-pikir. Kayanya ga ada yang perlu ditutup-tutupin, deh.

Di bawah rindangnya pohon di halaman Monas, kalian bisa menemukan orang sedang ...

"Bercinta!!"

Benar! Banyak kaula muda menjadikan Monas sebagai tempat maksiat, dengan santai mereka membelai daerah pribadi pasangannya di bawah rindangnya pohon di sana. Mungkin kalau kalian sedang hoki, kalian bisa melihat hal yang jauh lebih mengerikan daripada itu... "GET A ROOM, LOBANG PANTAT!".

--

Kalau sudah di Monas. Ga asik kalau ga sekalian ke puncak menaranya. Didasari rasa penasaran : "Apa sih yang ada di atas?" itulah, akhirnya gua bersama teman-teman memutuskan pergi ke atas terlebih dahulu sebelum festive dimulai.

Tapi untuk bisa mencapai puncak, kalian harus melewati beberapa langkah "menyebalkan"! :

1. Pintu Masuk yang Ga Mudah Dicari.

Untuk ke atas Monas, kalian harus melewati sebuah lorong bawah tanah. Patokan lokasi lorong ini adalah patung pahlawan yang sedang menunggangi kuda. Gua ga tau nama patung itu, tapi mungkin patung pangeran.Diponegoro, karena cuma pejuang ini aja yang selalu diidentikkan dengan seekor kuda. Di depan patung itu terdapat tulisan TUGU MONUMEN NASIONAL.


Diusahakan mengambil gerbang masuk di depan Pertamina. Karena gerbang inilah yang lokasinya cukup dekat dengan lorong tersebut dibandingkan gerbang lain. Salah-salah masuk mengakibatkan kalian harus berjalan cukup jauh?!

Kita bisa juga mengitari Monas menggunakan bus gandeng khusus wisata. Bus ini membawa kita mengitari Monas yang cukup luas. Kalau ga mau cape jalan, lebih baik ambil aja bus ini. Bus ini juga berhenti tepat di depan lorong bawah tanah menju tengah Monas.

 
Bus wisata dalam Monas

2. Tukang Tiket yang Ga Pernah Belajar "Ngitung" !.

Setelah melewati lorong bawah tanah, maka di ujung jalan kita akan dihadapkan dengan penjual tiket. Nah soal tiket adalah bagian yang paling menjengkelkan!.

Dasar birokrat bejat! bisulan! kutilan! Bau ketek!

Tiket khusus pelajar dan mahasiswa adalah Rp.1000. Harga tersebut terpampang jelas di depan loket masuk. Karena kita semua berjumlah 9 orang dengan muka "berstatus mahasiswa". Maka seharusnya harga yang ditetapkan adalah 9ribu. Dihitung menggunakan rumus matematika apapun : 1000 x 9, hasilnya mutlak. 9000!.

Petugas berkata : "13ribu?!"

Otomatis, gua langsung menggerutu dengan suara yang sengaja dikeraskan, ke arah penjual tiket dongo itu.

"HAH!! Dongo bener! Kaga pernah belajar ngitung apa! Harusnya bayar 9rb tapi disuruh bayar 13ribu. Matanye suwer apa kaga bisa ngeliat!".

3. Mengantri Panjang untuk Sampai ke Atas

Setelah "jantungan" di tahapan kedua, kita harus melalui sebuah tahapan yang membutuhkan sedikit kesabaran. Menunggu..

Untuk pergi ke atas Monas kita harus menaiki sebuah lift berkapasitas max 11 orang. Tapi yang ngantri.. "BEH" ude kaya Ular naga panjangnya bukan kepalang!  "panjang bener!"..Ada kali kita sempet ngantri setengah jam, di bawah teriknya matahari Jakarta.

"Tapi jangan khawatir bapak-bapak, ibu-ibu!."

Di sana ada beberapa speaker yang mendendangkan musik yang cukup merakyat, Dangdut!. Alunan musik itu akan membuat kita yang tidak terbiasa dengan jenis musik tersebut bertambah, "panas". (note : ngamuk)

--

Sudah melewati berbagai tahapan itu? Selamat! Kalian sekarang sudah berada di monumen tertinggi di kota Jakarta. Di atas sini, pemandangan Jakarta terlihat cukup jelas. Cukup menarik melihat keseluruhan Jakarta untuk beberapa menit pertama, tapi kemudian kalian akan sadar, ternyata hanya itu "sesuatu" yang bisa kalian lihat..

 
Pemandangan dari atas Monas

Perjuangan mengantri selama hampir setengah jam, terbayar hanya untuk wisata selama beberapa belas menit saja.

Menurut gua, wisata di atas ketinggian Monas akan jauh lebih berkesan apabila Jakarta tiba-tiba dilanda Gempa... "berani nyoba??".

--

Hari semakin sore setelah selesainya kita berjalan-jalan di sana. Energi benar-benar terkuras!. Bahkan sebuah botol air mineral pun dapat menjadi rebutan antara semua orang di sana. Panas dan gerahnya Jakarta membuat imigran Bandung ini menjadi tak terkontrol. Tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu di bawah teriknya matahari yang membakar.

Setelah memakan makanan yang dibawa oleh teman gua bernama Ika. Tak lama setelah itu, kita pun melakukan latihan untuk festive jam 5 nanti untuk pertama kalinya.

Gua berlatih angklung bersama teman-teman gua yang lain. Pada saat yang sama, teman-teman yang akan menari nanti pun sedang mempersiapkan dirinya untuk tampil. Di antaranya ada yang sedang berdandan untuk tari merak, dan ada pula yang berlatih salsa, serta jaipong.

  

 

Seperti kata Michael Jackson : "This is it! This is it!" (Inilah saatnya! Inilah saatnya!). Semakin sore dan mendekati waktu festive, perasaan kita semakin tidak karuan. Tapi gua merasa lebih tenang karena gua memiliki teman-teman yang saling support satu sama lain :)

--

Menjelang pukul lima, tenda mulai dipindahkan ke lokasi pertunjukan. Kita ditempatkan ke lokasi yang berdekatan dengan kandang rusa (sungguh tidak manusiawi). Ini sesuai dengan kesepakatan dengan petugas di sana, kita tidak diperkenankan menggunakan lapangan yang sebelumnya direncanakan untuk pertunjukan kita.

Berjalan jauh lah kita akhirnya menyusuri halaman Monas yang cukup luas menuju kandang rusa. Sekali lagi ... tidak manusiawi :(

--

PERTUNJUKKAN DIMULAI!

Angklung

Pertunjukkan yang pertama adalah rehersial angklung. Rehersial ini digunakan untuk melatih teman-teman gua membiasakan diri dengan panggung, sekaligus mempertunjukkan kehebatan bermain angklung setelah dua bulan lamanya berlatih.

Walaw sering berlatih, tapi kita belum juga hapal dengan partitur lagu yang akan dimainkan. Dengan kreatif , beberapa orang dari kita berinisiatif memegang partitur tersebut secara manual :p. Sebenarnya cukup memalukan, karena pasti penonton mengira mereka akan melihat para profesional bermain. :p

 
Kita bermain angkung dan ada teman yang memegang partitur :p

Setelah pertunjukan. Gua bisa sedikit memberi penilaian mengenai kualitas permainan kita dari sudut pandang penonton. "Sungguh menakjubkan!!"

Saking menakjubkannya, penonton ketika ditanya : "Ngomong-ngomong pada tau ga tadi kita main lagu apa?".

Dengan polosnya : "tidak tahu!".

Jawaban itu jujur menjadi pukulan telak bagi kami para pemain angklung di sana. Karena lagu yang dimainkan cukup terkenal :(

Tetapi, di luar dari kekacauan yang ada. Akhirnya kita pun tertawa bersama ketika mendengar penonton di sana sama sekali tidak tahu lagu apa yang sedang dimainkan.


Tari Merak dan Jaipong

Jujur, gua pribadi cukup salut dengan teman-teman gua yang menarikan tarian ini. Bukan kenapa, selain mereka menarikannya dengan indah, di antara kita semua hanya mereka lho yang paling repot sendiri untuk mempersiapkn pertunjukkannya.

Mereka harus berdandan terlebih dahulu sebelum acara di mulai. Selain merias diri, mereka pula harus mengenakan pakaian yang cukup "terlihat" berat dan merepotkan untuk dikenakan pula.

   

Ketika memeragakan tarian itu, kita semua terdiam dan menikmati keindahan tarian tersebut dengan kusyuk.

Khusus untuk tarian merak, tarian tersebut dibawakan oleh tiga orang, sedangkan jaipong hanya oleh dua orang saja.

Yang membuat takjub adalah setelah menarikan tarian merak, mereka harus segera bergegas mengganti kostum untuk tarian selanjutnya. BRAVO!! *tepuk tangan*


Salsa

Jika ditanya pertunjukkan apa saja yang cukup menghibur?. Khusus untuk laki-laki adalah ketika pertunjukkan salsa.

"Kenapa?"

karena di tarian inilah kita bisa melihat celana dalam seorang bule gratis yang kebetulan dipaksa maju ke depan.

Sang perempuan tersebut kebetulan menggenakan rok pendek. Dia di minta maju ke depan panggung menjadi kontestan dadakan. Tugas dia hanyalah mengikuti gerakan salsa yang dipertunjukkan oleh salah satu dari kita di depan. Sampai suatu bagian, di mana gaya tarian tersebut sangat menyerupai goyang ngebor inul, alhasil pada bagian itulah pemandangan celana dalam dia terendus dengan jelas oleh para lelaki di sana. Sontak, kita diam dan.. berkomentar, "warna putihh...."


 
Warna putihh...

Di sini lah gua menemukan suatu kegembiraan antara anak-anak CS dan para penonton. Gua sempat kaget ketika ada ada salah satu penari yang menarikan gaya robot gila di atas sana. Sangat di sayangkan gua ga punya rekaman videonya. Tapi mungkin kalau pengen dideskripsiin seperti gimana tarian "robot" tersebut, maka gayanya mempunyai kemiripan seperti video berikut :


Tak ayal penonton pun ikut serta mengikuti tarian yang dipertunjukkan tersebut secara langsung. Gua yang kebetulan hanya bermain angklung dibuat terbuai mengikuti tarian salsa tersebut. Tarian yang dipertunjukkan tidak susah dibanding tarian merak dan jaipong. Tapi buat orang Indonesia, tarian salsa termasuk tarian yang lumayan erotis karena kadang-kadang ada gerakan yang untuk pria terlalu "menonjolkan kejantanannya" HAHA.. :D


--

Pengalaman bergadang sebelum keberangkatan ke Jakarta hingga panas-panasan akhirnya selesai sudah ketika kita sadar bahwa apa yang telah kita lakukan, selama beberapa bulan ini ternyata memberi kebahagian buat banyak orang yang kebetulan sedang berada di Monas waktu itu :)

--

Bersambung

22 Maret, 2010

Surat dari Surga

Ketika tidur semalam aku bermimpi. Mimpi tentang seorang teman baik yang mengirimiku sebuah surat dan bertuliskan, "Surat dari Surga".

Kubuka, lalu kubaca :

---

Untuk teman-temanku yang sangat aku cintai, aku ingin bicara.
Tapi sebelumnya, biar ku kasih tahu, aku sudah sampai dengan selamat, lho :)


Aku menulis surat ini dari surga. Di sini aku tinggal bersama Tuhan.
Di sini, tidak lagi ada air mata dan kesedihan. Hanya ada cinta yang kekal.


Tolong jangan sedih, hanya karena aku sekarang tidak terlihat.
Yakinlah aku akan berada di samping kalian setiap pagi, siang, dan malam.
 

Sekarang saatnya aku pergi. Aku telah melalui perjalanan yang sangat menakjubkan di dunia.
Ketika aku sampai, Tuhan memegang tanganku dan memelukku erat. Lalu dia bilang, "Selamat datang".

"Sangat menyenangkan menerima kamu kembali di sini, ketika kamu pergi sementara, kami sangat rindu"
Sama seperti teman-temanmu di bumi, mereka pula kelak akan kemari menemuimu.


Kemudian, Tuhan memberiku daftar, tentang hal-hal apa yang bisa aku lakukan di surga.
Yang utama tertulis di situ, aku harus tetap mendoakan teman-teman yang peduli terhadapku.


Maka itu aku berencana, jika kalian tertidur lelap..
Saat itulah aku dan Tuhan akan berdoa bersama-sama untuk teman-teman yang aku cintai.. Setiap malam.. sampai kamu bangun keesokan harinya


Kenangan-kenangan menyenangkan bersamaku selama di dunia.
Jangan lah diratapi dengan tangisan.


Tapi jangan takut kok untuk menangis; karena aku tahu itu sedikit cara mengurangi rasa sakit.
Ingat, tidak ada bunga cantik, jikalau tidak ada hujan. 


Aku berharap aku bisa memberitahu rencana Tuhan yang akan datang kepadaku.
Tapi aku takut, kalian tidak akan mengerti.


Tapi yang pasti, hidupku di dunia telah berakhir.
Aku sekarang sudah dekat dengan-Nya, lebih dekat dari sebelumnya.


Ketika kamu memberikan suatu kebaikan kepada dunia, maka dunia pula akan melakukan hal yang sama.
Itulah filosopi hidupku, dan aku harap kalian juga akan melakukan hal yang sama :)


Tuhan pun berkata kepadaku:
Jika kamu membantu seseorang dalam susah dan duka... "Maka kematianmu bukan hal yang sia-sia"

Dan sekarang aku puas... aku telah melakukan hal yang berharga dalam hidupku.
Ketika mengetahui bahwa aku telah membuat banyak orang tersenyum. :)


Jadi, jika kalian bertemu seseorang yang sedang sedih.
Julurkan tangan kalian dan bantu mereka.


Dan ketika kamu berjalan, kemudian kalian mengenang aku.
Maka aku sebenarnya juga berjalan, tepat beberapa langkah di belakangmu.


Dan ketika waktunya kalian untuk pergi.. pergi dari tubuh kalian.
Ingatlah, bahwa kalian tidak sedang pergi.. tapi kalian sedang datang kemari bersama ku. 

---

Untuk temanku Yasiraty Ilyas, semoga arwahmu selalu diterima di sisinya.