22 Juli, 2012

Gue Harap Gue Seekor Ikan Yang Bisa Merendam Kepala Dalam Air Selama-lamanya..

Pagi hari tadi sebelum sahur, gue bangun dalam keadaan harus mandi junub (mandi wajib). Sebenarnya keadaan tersebut tidak menyenangkan sama sekali, karena selama seminggu ke belakang ini. Suhu di Bandung cukup dingin, di mana mandi saat subuh bukanlah keputusan yang tepat. Tapi, tidak ada yang bisa dilakukan selain mengerjakannya jika ingin pahala puasa gue diterima.

Tidak ada yang tahu. Sebelum mandi, sebenarnya gue punya suatu kebiasaan merendam kepala gue ke dalam bak mandi. Tidak ada alasan yang tepat, yang mampu menjelaskan tentang kebiasaan ini. Gue hanya tau, bahwa hal ini sudah gue lakukan dari kecil dulu.

Tapi, ada yang berbeda saat gue merendam kepala tadi pagi. Tiba-tiba karena itu, gue teringat berbagai kejadian yang terjadi beberapa bulan ke belakang yang secara tidak langsung telah merendam kepala gue..

dalam rasa malu.

--

Sebagai seorang yang spontan. Sering kali gue berkata salah setiap waktu. Saat hal tersebut terjadi, biasanya gue selalu berusaha merangkak keluar dari situasi memalukan tersebut. Tapi, semakin gue berusaha, semakin tenggelam kepala gue dalam perasaan malu.

Beberapa bulan yang lalu, gue bertemu dengan seorang teman akrab sewaktu kecil di Depok. Dia membawa empat orang temannya. Dua laki-laki dan dua perempuan. Kita berbicara tentang semua kenangan-kenangan manis yang telah terjadi di masa lalu dan semua orang saling bergantian bercerita. Pembicaraan terdengar baik-baik saja sampai akhirnya gue berkata : "Hey, katanya kamu sudah menikah, kenapa kamu tidak membawa istrimu?. Saya mau bertemu."

Teman gue terlihat bingung lalu berkata, "Ini istriku, di sini". Seorang perempuan yang duduk di sampingnya mendadak menunjukkan perasaan tidak nyaman.

Sadar telah berkata salah. Gue segera bilang, "Maaf, kamu belum memperkenalkannya kepadaku."

Dia bilang, "Sudah, di pernikahan kami."

Jika ada yang memberikan pistol waktu itu, gue siap bunuh diri saat itu juga.

Seminggu yang lalu, gue tak sengaja bertemu dengan seorang teman di luar. Kita berdua biasanya bercanda mengenai kejelekan rupa kita berdua yang mungkin akan membuat kita sulit mendapatkan istri di masa depan. Di sana, gue juga bertemu dengan seorang perempuan cantik yang kebetulan sedang jalan berdua dengannya. Mungkin temannya. Karena gak mungkin itu pacarnya. "Orang jelek itu, wanita cantik ini?". Pasti temannya - Gue berusaha meyakinkan diri gue dalam hati. Jadi kita bertiga kemudian memutuskan untuk berbincang-bincang untuk sementara waktu.

Setelah mengobrol beberapa saat, akhirnya, si perempuan berkata, "Saya harus pulang sekarang, sudah malam."

Di saat yang sama teman gue pun berkata, "Saya juga harus pulang."

"Kenapa?" Gue bertanya.

"Saya harus antar perempuan cantik ini pulang, karena dia.." dia bilang sembari tertawa, lalu menaruh tangannya melingkari pundak perempuan tersebut.

Gue fikir dia sedang bercanda. Lalu gue berkata ke perempuan tersebut, "Pasti horror banget yah kalau misalkan kamu pacaran sama dedemit buruk rupa ini?."

Mereka tertawa awalnya. Gue juga tertawa. Kemudian teman gue berusaha melihat apakan gue serius saat mengatakan itu. Akhirnya dia berkata, "Kamu tau kan kalau kita berdua pacaran?." 

Gue masih tertawa karena gue pikir dia sedang bercanda. Kemudian mukanya berubah menjadi serius dengan garis tegas melipat di dahinya, "Dia pacar saya." Di situlah gue sadar bahwa dia tersinggung, dan apa yang baru gue katakan tadi adalah salah.

"Pistol, mana. Pistol!"

Beberapa minggu lalu, kejadian serupa terjadi lagi.

Dalam suatu pertemuan dengan teman lama di Bandung, akhirnya gue bertemu dengan seorang teman lama perempuan. Informasi terakhir yang gue dapat adalah dia sedang mengandung anak pertamanya, dan dia menjadi gendut karena itu. Kita semua kemudian bercakap-cakap, sampai akhirnya gue bilang ke perempuan itu, "Coba gue tebak, bayi yang dikandung pasti perempuan."

"Ya." dia bilang.

"Tau nggak kenapa gue tau? Karena kamu terlihat lebih cantik. Saat seorang wanita sedang hamil dan terlihat cantik, bayinya pasti perempuan," Gue bilang. Sebagai teman yang baik, gue berusaha memberinya pujian. Karena, gue fikir setiap perempuan yang sedang mengandung pasti takut akan perubahan fisik pada dirinya. "Sudah berapa bulan?" tanya gue lagi.

"Bayinya sudah lahir dua bulan lalu. Sekarang saya sedang berusaha menurunkan berat badan. Memang masih keliatan kayak hamil yah?."


--
DORR!!
--

Kalimat tersebut benar-benar menembak gue - dalam arti yang sebenarnya. Gue benar-benar  tenggelam dalam perasaan malu.

"Ga usah khawatir, Ndu. Kamu adalah orang keduapuluh yang berkata begitu," sautnya dengan senyuman sinis.

Ga beberapa lama kemudian, gue meminta izin pulang lalu berjalan perlahan ke pintu keluar. Beberapa orang bertanya, "Mau ke mana?". Gue bilang, "Jangan buat gue buka mulut ini."

Sampai di rumah, gue masuk ke dalam kamar gue yang berantakan dengan isi tumpukan buku referensi penelitian gue di mana-mana. Gue bilang ke mereka, "Brengsek loe (buku-buku)!!. Gara-gara terlalu banyak menyita waktu sama lo, gue jadi lupa caranya interaksi sama manusia!."

Gue menendang tumpukan buku itu, dan kamar gue jadi lebih berantakan dari sebelumnya. Tidak ada yang membantu membereskannya.

Tak lama, gue memutuskan untuk mandi. Mengisi air dalam bak hingga penuh. Kemudian melihat ke dalam bak tersebut,

lalu merendam kepala ini..

6 komentar:

Chabe mengatakan...

Ndu.. gue dua kali dibilang lagi hamil.. Tapi jd memotivasi untuk olahraga kok.. so.. that's not really negative.. :P

Anonim mengatakan...

udah gan mnding nntn batman,, btw reuni yok ma ank2 toegib,, :D(y)

Anonim mengatakan...

Oh no ndu! Hahahahaha.. Super LOL. :D

Ririe mengatakan...

inilah hukuman nggak datang gathering, ahaha... jadi lupa cara gaul ama orang kan lu Ndu. :p

Unknown mengatakan...

gw rasa itu pula yg buat lo buru2 pulang pas ngumpul kemaren ya ndu..? hahaha

Unknown mengatakan...

*pukpuk

Posting Komentar