29 November, 2010

Traveling Macau : Sebuah Kota Dengan Panjang Hanya 2,5x Landasan Udara.

Rangkaian perjalanan ke Cina, merupakan rangkaian tersulit dari perjalanan yang gua lakukan kemarin. Berbagai kendala gua alami, dimulai saat gua membuat itinerary, hingga saat gua berhubungan dengan warga lokalnya.

Banyak sekali "email persetujuan tinggal" (Couchrequest) yang dikirim, tetapi sangat sulit mendapat jawaban "iya" dari mereka (warga lokal). Kebanyakan yang membalas email gua adalah expat-expat yang kebetulan sedang bekerja di sana.

Berbagai alasan penolakan dari warga lokal. Mereka kemukakan pada saat membalas Couchrequest gua :
  • Mereka masih tinggal bersama keluarga.
  • Mereka takut mempersilahkan orang asing tinggal di tempatnya.
  • Mereka cuma menerima tamu, kaukasian !!.
Alasan pertama dan kedua cukup masuk akal bagi gua, tapi "tidak" untuk alasan ketiga!.

"Ironis, ternyata budaya memperbudak diri terhadap ras pantat putih tidak hanya terjadi di Indonesia saja..".

--

Bagi gua, Couchsurfing adalah suatu wadah di mana kita dapat bertukar pendapat serta bersilaturahi antar sesama travelers.

Akan tetapi, "tujuan" tersebut tidaklah selalu sama antara satu anggota dengan anggota lainnya. Motif tak "berprike-tamu-manusiaan" pernah gua alami saat gua menerima balasan Couchrequest dari seseorang di Hongkong :

--------
Balasan Couchrequest 

.. I'm aware that for most of the people staying in Hongkong is really expensive, especially for those who come from poor country like you.


Well, people say that this site is built for culture exchange purpose. But the true reason why people use this site is because they want to get free stay.


That's why i want you to make a list of what you obliged to do while staying at my place


- You must wake up in the morning
- You must wash my clothes and underwear
- You must clean the house
You must make me breakfast, and dinner


As reward you will get free stay at my place in the living room. You aren't allowed to sleep on my couch. You have to bring your own sleeping bag, otherwise you will sleep on the plain floor. I don't provide everything as my place is not a hotel!.

You must bring different types of souvenir also..

--------

9 Oktober 2010 (Kualalumpur - Macau)

Pesawat yang gua tumpangi waktu itu mempunyai konfigurasi bangku penumpang "tiga-tiga". Artinya, di sebelah kiri terdapat tiga deretan bangku, begitu juga di sebelah kanannya.

Bangku yang gua dapat adalah bangku di bagian tengah sebelah kanan pesawat. Penumpang yang duduk di samping kiri dan kanan gua adalah kakek-kakek dan seorang perempuan modis.


--

Setting-an bangku yang sempit. Mempersulit pergerakan gua yang duduk di tengah untuk ke toilet.

Mau ga mau, gua harus meminta izin penumpang di samping buat minggir sebentar supaya gua bisa lewat. Tapi dalam prakteknya, hal tersebut sangat sulit dilakukan..

"SI NGKOH NGGAK MAU MINGGIR!."

Dia ngamuk pake bahasa.Cina!. Kayaknya dia bilang,

"KUALAT KAMU NGELANGKAHIN ORANG TUA!!".

-- 

Menghadapi situasi penerbangan yang membosankan sejak awal. Membuat gua memutuskan untuk tidur sepanjang perjalanan.

Untuk mendapat posisi tidur yang nyaman. Gua menurunkan posisi duduk ke belakang. Ga lama kemudian..

"WOI! DUDUK GUA JADI SEMPIT!!".

Giliran orang di belakang ngamuk pake bahasa.Cina!

AAARRRGGGhhhhhhh!!!

------

Sesudah pesawat mendarat di Bandara Macau. Gua segera menyelesaikan urusan imigrasi secepatnya.

Setelah semua selesai. Hal yang gua lakukan berikutnya adalah mencari Pusat Informasi untuk meminta peta kota dan transportasi.

Pencarian alamat host gua kali ini terbilang sulit. Orang yang akan meng-host gua hanya memberitahu alamat di mana dia tinggal, tanpa memberitahu caranya ke sana.

"My address is on... in District RX".

Dengan perlengkapan berupa peta dan kertas berisi alamat di tangan. Gua pun menaiki bis dan siap tersasar lagi malam itu..

--

Ada dua cara membayar bis di sini : Pertama membayar dengan uang pas, Kedua menggunakan Macau Pass.

Kartu Macau Pass

Macau pass adalah sebuah kartu contactless mirip Flazz BCA yang bisa digunakan : Membayar bis, belanja di Minimarket, dan makan di restoran. Salah satu keuntungan menggunakan kartu ini untuk membayar bis adalah kita langsung mendapat potongan 50% dari ongkos normal ke semua rute bis di Macau.

Mesin reader (hijau), kotak uang (merah)
Tidak ada perbedaan harga untuk rute jauh - dekat. Berapa ongkos yang harus dibayar, tertera jelas saat kita memasuki bus. Kita tinggal memasukkan sejumlah koin ke dalam kotak uang, atau men-tap Macau pass di mesin reader.

Disarankan membayar bis menggunakan uang pas. Kita ga bakal dapat kembalian, semisal bayar lebih!.

--

Sepanjang perjalanan bus dari Bandara di Taipa menuju Macau, gua melihat pemandangan malam kota yang menakjubkan!.

Macau telah menempatkan "dosa" di seluruh aspek ekonominya sejak dulu kala. Diawali dengan kota yang dulu terkenal sebagai kota tempat penyelundupan emas, hingga perdagangan anak, kota ini sekarang telah bertransformasi pesat menjadi pusat perjudian terbesar di dunia.

Berbagai permainan lampu memukau dihasilkan berbagai kasino-kasino yang tersebar di seluruh penjuru kota. Membuat gua tersihir untuk segera masuk ke dalam, lalu mengalokasikan seluruh dana traveling gua untuk berjudi. Sangat jelas terlihat, bahwa kota ini menggantungkan hidupnya dari berbagai bisnis haram yang berdiri di atasnya.


 

Pemandangan malam kota Macau

Gua sempat membaca sebuah berita mencengangkan di sebuah artikel koran Macau saat berada di sana. Pada awal Oktober 2010, kota ini berhasil mencatat pemasukan terbesar sepanjang sejarah kasinonya dengan meraup pemasukan sebesar USD 100juta dalam satu hari!. Berkat kasino itu pula, kota ini menghasilkan pemasukan, USD 31miliar pertahunnya!.

Dengan populasi penduduk sebesar 500.000 jiwa dan perhitungan sederhana. Kita sudah bisa mengira-ngira, "Berapa ya kira-kira pendapatan perkapitanya??".

Tak heran, jika Singapura pun mengendus prospek bisnis menggiurkan ini dengan didirikan sebuah kompleks judi bernama Marina Bay Sands baru-baru ini.

--

Terdapat dua buah bus yang harus gua ambil untuk mencapai distrik yang gua tuju :

"Bis pertama adalah bis dari Bandara menuju Pelabuhan. Sedangkan bis kedua adalah bis dari Pelabuhan menuju Distrik RX".

Merasa sudah sampai di "pelabuhan". Gua pun mempersiapkan diri untuk turun. Untuk memastikannya, gua lalu bertanya kepada salah satu penumpang dalam bis.

"Maaf, apakah ini pelabuhan?". Sesaat setelah bertanya, gua tiba-tiba melihat ekspresi pria itu berubah. Dia seakan berusaha keras mengucapkan sesuatu dari mulutnya.

"Bukan..bukan (No..No)", jawabnya sambil menjauh.

Mendengar jawaban tersebut, gua yang bersiap turun pun kembali duduk, lalu melanjutkan perjalanan sampai tersasar jauh hingga..

PERBATASAN NEGARA?!!

--

Sadar telah tersasar. Gua lalu duduk lemas di sebuah bangku panjang di halte perbatasan negara (border) sembari menunggu bis kembali menuju pelabuhan.

Pada saat itu lah, perasaan khawatir tiba-tiba saja muncul. Border Macau - Guangdong province ditutup pukul 12 malam. Itu artinya, gua cuma punya waktu sejam untuk menunggu bus, sebelum border ditutup dan bis terakhir berhenti beroperasi.

Jika sebelum itu gua belum juga mendapat bis. Itu artinya, gua harus mengantri bersama ratusan orang lainnya menunggu Taxi. Atau bersama puluhan orang lainnya "tidur" menyebar di bangku-bangku taman di sekitar sana.

Gua ga ada uang buat naik taksi, dan gua ga mau ngegembel di bangku taman.

"GUA HARUS DAPET BUS!".

--

Strategi yang gua lakukan untuk mendapat informasi tentang bis, tidak lain adalah bertanya dengan warga sekitar.

Akan tetapi, berkomunikasi malah menjadi cara terburuk untuk mendapatkan informasi. Setiap kali gua bertanya, orang-orang selalu saja menghindar, bisu tidak menjawab.

Miskomunikasi pun kerap kali terjadi, bahkan saat gua menemukan seseorang yang dapat berbahasa inggris.

Pandu : "Maaf apakah ini pelabuhan ferry?".
Nci-nci : "Apa?".
Pandu : "Apakah ini pelabuhan ferry (ferry harbor)?.
Nci-nci : "Oh, ini bukan pelabuhan ferry (ferry harbor), tapi pelabuhan ferry (ferry terminal)". 

Pandu : (dalam hati) "Itu sama aja, Ntong!".

--

Penantian gua berujung bahagia. Tiga puluh menit kemudian, bis menuju pelabuhan pun datang. Gua bergegas masuk, lalu mencari tempat duduk.

Untuk memastikan bahwa bis tersebut benar menuju pelabuhan, gua kembali bertanya kepada seseorang penumpang yang duduk di samping gua.

"Apakah bus ini ke pelabuhan?"

"Ya", ujar penumpang tersebut.

Gua lega luar biasa, saat menemukan seseorang yang bisa berkomunikasi dengan baik dengan gua.

Untuk memecah kebosanan selama perjalanan 20 menit menuju pelabuhan itu, kami pun mengisinya dengan obrolan "ngalor ngidul" seputar curhatan-curhatan ga penting sepanjang perjalanan..

Gua kemudian bercerita tentang bagaimana gua bisa tersasar hingga border. Tak lama, dia pun meresponnya dengan senyuman lebar.

"Jika kamu bertemu seseorang, lalu dia berkata No.. No (Tidak..Tidak)"

"..artinya dia bilang, dia ga bisa bahasa Inggris...".

Mendengar penjelasan tersebut, tiba-tiba gua menjadi , kesal , karena ketidaktahuan gua itu telah membuat gua tersasar jauh dan menghabiskan uang sebesar MOP 4,2 (Rp.5500) secara percuma untuk sebuah bis kembali menuju pelabuhan!.

Dalam kondisi itu, mudah sekali kepala ini memproduksi kata-kata kasar, beserta mulut yang siap memuntahkannya kapan saja.

Video ini cukup menggambarkan kalimat apa yang ingin gua teriakkan waktu itu!.


----


Setelah perjalanan malam yang cukup melelahkan. Paginya, gua bangun segar di atas sofa embuk di dalam rumah host gua.

Sofa tempat gua tidur
Rutinitas gua sehari-hari setelah bangun tidur, bisa digambarkan jelas dalam sebuah lirik lagu anak-anak yang sangat terkenal :

Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis Mandi kutolong ibu

... ... ... ...

Sebelum berhasil melaksanakan aktifitas di dalam lirik terakhir dari lagu itu. Tiba-tiba "panggilan alam" menuntun gua masuk ke dalam toilet.

--

Di sini lah, hal yang ga gua harapkan terjadi!. Selama beberapa bulan, gua sedang dirudung dilema mengenai tata cara orang-orang "cebok" di berbagai dunia.

Saking bolotnya. Gua bahkan pernah curhat di status Facebook tanggal 3 Mei 2010 tentang masalah beginian.

"Gimana sih cara ngebersihin pantat pake tisu ?".


Note : Gua ga tau seberapa berarakan dan hardcore-nya gua ngebersihin pake tisu waktu itu. Parahnya, ternyata banyak tisu yang robek dan nempel di pantat gua. Karena frustasi, akhirnya gua pun naek ke atas wastafel, buka keran, terus nungging dan deketin pantat gua yang berarakan sama robekan tisu plus kotoran ke dekat kucuran airnya. Bersih sih bersih.. tapi kenapa gua ngerasa idiot bener ya..

--

Setelah menyelesaikan "panggilan alam" itu, gua pun lalu menyelesaikan aktifitas terakhir di lirik dari lagu yang gua nyanyikan tadi.

..Membersihkan tempat tidurku.

--

Gua sempat "jalan-jalan" ke beberapa tempat menarik selama di sini. Gua beri tanda kutip ("...") di kata "jalan-jalan" karena gua benar-benar "jalan" dari satu tempat ke tempat lainnya. Jarang gua menggunakan bis kalau nggak terpaksa.

Macau adalah sebuah kota yang sangat kecil. Dengan luas yang hanya 29 km persegi. Menjadikan panjang wilayahnya kota ini tak kurang dari 2,5x panjang landasan terbang bandara. Bahkan dengan berjalan kaki selama 10 jam saja. Seluruh kota akan berhasil kita jelajahi.


Selama empat hari berada di sana, gua sempat ke beberapa tempat menarik di Macau, berikut mengunjungi beberapa kota menarik lainnya seperti : Hongkong dan Guangdong, Zhuhai. Tapi dari berbagai kota yang gua kunjungi, tidak ada tempat yang benar-benar membuat gua terkesan seperti saat gua memasuki kasino-kasino di Macau.

Pengalaman masuk ke dalam kasino adalah pengalaman luar biasa yang gua alami di sini. Perasaan tersebut mengalahkan perasaan berdebar gua saat mencoba wahana baru Dufan, Histeria baru-baru ini.

Terdapat kesamaan konsep yang gua lihat saat mengunjungi berbagai kasino di sana.

Di dalam kasino kalian tidak akan pernah melihat jam dipajang di mana-mana. Suasana kasino pun dibuat sedemikian rupa agar kita betah berlama-lama di sana : Atap yang dibuat sangat cerah, permainan lampu neon yang menawan, harumnya seluruh ruangan, bahkan berbagai komplementari champagne dan minuman, secara langsung membuat kita tercuci otak untuk tetap berjudi sambil menikmati berbagai kemudahan hidup yang diberikan secara "cuma-cuma".

Gua bisa bilang, berada di sana selama beberapa menit saja, sudah membuat kita seakan terikat dalam sebuah "kontrak" untuk tetap berada di sana selamanya!.

"Mungkin deskripsi gua terlalu berlebihan, tapi akhirnya kalian harus setuju juga, saat kalian mengunjunginya". 

--

Traveling mengajari gua cara bertahan hidup tanpa harus meminta-minta, tetapi dapat makan sepuasnya. (??)

Cara itu gua pelajari saat gua sedang mengunjungi reruntuhan (Ruin) St.Paul suatu hari.

Bagian depan St.Paul

 Bagian belakang St.Paul 

St.Paul adalah sebuah gereja katolik yang dibangun pada tahun 1582 hingga 1602. Gereja ini merupakan gereja katolik terbesar di Asia dulunya. Sekarang yang tersisa hanyalah tembok bagian depan dari gereja tersebut setelah terbakar hebat pada tahun 1830.

--

Di depan St.Paul banyak terdapat banyak toko yang menjual : Pakaian, makanan, hingga aksesoris. Melihat kondisi itu, tiba-tiba gua punya ide untuk mengisi perut yang sedang kosong saat itu.

Misalkan lo ga punya duit dan laper. Lo bisa pake cara gua buat dapetin makanan gratis di sana. Tapi satu hal : Ga boleh malu!.

--

Di luar toko makanan. Terdapat pegawai yang menawarkan berbagai jenis taster kepada orang-orang. Mereka memberikan taster tersebut, untuk dicicipi dalam jumlah banyak.

Di situlah, gua mendapat ide mencicipi berbagai makanan gratis sampe eneg. Gua mendatangi setiap toko makanan dengan dalih ingin membeli. Lalu mencoba berbagai sample yang ditawarkan, sambil memberi komentar "pedas" setelahnya.

"Aduh, dagingnya alot banget!". "Kuenya pahit!". "Kacangnya asin!".

Alasan-alasan negatif tersebut gua lontarkan agar gua bisa terlepas dari jeratan para pedagang, serta memperlancar perpindahan gua dari satu toko ke toko lainnya, demi mencoba beragam jenis taster sepuasnya.


-------

Sebenarnya gua lebih banyak berada di rumah host gua, membantu dia membersihkan rumah atau mencuci piring, dibandingkan jalan-jalan.

"Tragis, hidup gua macam TKI di sana!".

Mungkin ini adalah"karma" akibat memperbudak dua orang asing di rumah untuk mengepel lantai dan mencuci baju, beberapa hari sebelum keberangkatan.


Tapi semua itu gua lakuin atas dasar terima kasih, walaw dalam bentuk keringat yang keluar dari hasil gua menggosok-gosok lantai.

Pengalaman meng-hosting. Mengajarkan gua bahwa cendramata adalah barang yang diharapkan setiap host. Oleh karena itu sebelum pamit, gua memberikan sebuah gantungan kunci berbentuk angklung yang gua beli beberapa hari sebelumnya di Bandung kepada dia.

Setelah berpetualang selama beberapa hari di sana. Akhirnya gua pun harus menerima kenyataan, bahwa gua harus menempuh perjalanan udara yang panjang dan membosankan menuju suatu negara bernama Thailand.

---

Lamanya perjalanan dari Macau - Thailand ditempuh dalam waktu 14 jam dengan transit 12 jam di Kualalumpur.

Setelah mengurus imigrasi di Bandara Macau. Gua kemudian bersantai menunggu penerbangan yang tinggal sebentar lagi sambil menikmati segelas popmie "super jumbo" yang ukuran gelasnya bahkan hampir menyerupai ukuran ember buat nyuci di rumah.

Popmie jumbo!