19 Mei, 2012

Sex, Ciuman, dan Bikini adalah Haram di Negaraku yang Tentram Ini.

Negara gue adalah negara terbaik di seluruh dunia. Masyarakatnya santun serta ramah tamah. Angka kriminalitas di sini sangat rendah sehingga orang tetap merasa aman saat berjalan sendirian, waktu tengah malam, dan di gang yang gelap. Gak ada yang bakal menjambret, bahkan membunuh. Plus, kita juga punya polisi terbaik, polisi terjujur di muka bumi ini. Semenjak lahir kita tidak pernah mendengar kata korupsi. Birokrat kita adalah pekerja-pekerja yang handal dan berdedikasi tinggi. Kita gak pernah mengalami bencana alam. Kita pun gak pernah mengalami bencana berskala nasional seperti pembunuhan etnis yang diakibatkan oleh sekelompok orang yang berusaha memaksakan kehendak memegang kuasa dalam dunia perpolitikan. Kita adalah muslim yang berakhlak mulia. Kita tidak melakukan sex. Sex itu haram. Kita tidak berciuman. Ciuman itu haram. Kita pun melarang orang mengenakan bikini karena bikini adalah simbol dari kejatuhan martabat seorang perempuan. Bikini itu haram. Singkatnya, tinggal di negara ini berarti hidup di negara tertentram yang pernah ada.

Itulah kenapa kita harus paham, alasan kenapa bangsa kita mendadak marah saat seorang wanita asing - yang mempunyai image senang berbikini di atas panggung, memutuskan untuk menggelar konser besar berskala Internastional di Jakarta.

Kejadian penolakan terhadap wanita berbikini pun tidak hanya sekali terjadi. Kejadian serupa pernah terjadi saat Yayasan Putri Indonesia mengirimkan kontestannya : Artika Sari Devi mengikuti ajang Miss Universe di Thailand pada tahun 2005. Sontak berbagai ormas-ormas dalam masyarakat - yang merasa mempunyai andil besar dalam mengurus akhlak warganya, marah besar dan mulai menyerang kantor Yayasan Putri Indonesia saat itu. Tapi, lambat laun mereka pun "terdiam." Saat tindakan yang mereka lakukan tidak lagi mendapat dukungan dari masyarakat saat Artika pulang ke tanah air dengan title "kebanggan bangsa" karena berhasil masuk sebagai 15 kontestan terbaik dalam ajang bergengsi tersebut.

Berbeda halnya saat Nadine Chandrawinata memutuskan menjadi seorang kontestan Miss Universe tahun 2006. Di ajang tersebut dia menjadi aib bangsa!. Bahasa Inggrisnya acak-acakan!. Dan dia berbikini!. "Ya tuhan! Seharusnya dia mewakili negara kita, orang-orang kita, moral kita!." Gue yakin orang-orang udah menonton video yang memperlihatkan saat-saat Nadine menjawab sebuah wawancara dengan bahasa Inggrisnya, yang.. ya gitu deh..

Gue masih ingat, saat itu terdapat sebuah artikel surat kabar yang memberitakan bahwa Nadine akan dipenjara sesaat dia balik ke tanah air. Ok. bukan karena bahasa Inggrisnya yang acak-acakan itu, tapi karena dia menggenakan bikini.

Dan kamu tau?. Di sini, bikini itu haram.

Bikini dapat membuat pria memperkosa wanita, wanita memperkosa pria, wanita memperkosa wanita, pria mulai memperkosa sesama pria. Lebih buruknya, bikini dapat membuat ancaman di masyarakat - saat ormas-ormas mulai bergerak mem-flaming warganya untuk memboikot sebuah konser artis asing dikarenakan hobi berbikini di atas panggungnya itu. Oh, my mistake. They already did - udah kejadian.

Pendapat gue. Gaga, Artika, atau Nadine sebenarnya adalah pahlawan.Yang satu adalah seorang musisi besar berskala Internasional. Yang dua lainnya adalah mantan putri Indonesia - yang kita kenal mereka adalah wanita-wanita Indonesia briliant dan cerdas dalam pemikirannya. Mungkin mereka bukan pahlawan seperti Kartini, dan "lekukan tubuh" yang mereka umbar pun tidak merepresentasikan ideologi mengenai emansipasi wanita di negara ini. Tapi paling tidak "suara" yang mereka keluarkan di panggung Internasional telah dirasa mampu menyurakan seluruh aspirasi lapisan masyarakat dunia. Bicara soal "suara", memang sih Bahasa Inggris Nadine luar biasa beginner-nya. Terus kenapa? Bahasa Inggris bukan bahasa kita, kok. Kita pun masih mengerti apa yang dia bilang. Setiap hari, gue mendengar politisi berbicara di TV dalam bahasa Indonesia dan gue tetap aja masih gak paham apa yang mereka bicarakan.

Sulit melakukan sesuatu yang sudah ditetapkan sebagai norma di masyarakat. Kita hidup dalam norma yang sudah saklak harus kita pegang dan hormati sampai kita tua. Kemudian, kita ajarkan kembali kepada anak kita, anak kita terhadap cucu kita, cucu kita kepada anaknya, dan begitulah terus siklusnya.

Singkatnya. Jika memang berbikini di tempat yang salah adalah sesuatu yang menyinggung masyarakat di negara ini. Maka janganlah berbikini, janganlah mengumbar bagian pribadi ke orang-orang sehingga kita akan merasa hidup di negara tertentram yang pernah ada.

Eh, bentar.. bentar.. Kira-kira ada ormas yang marah gak yah kalau gue gambar bikini (pake program paint) di foto gue terus umbar ke pembaca blog gue?

Bwahahaha..