28 Juli, 2011

Demam Tiket Promo

Tahun 2005 menjadi awal perkenalan gua dengan maskapai berbiaya rendah. Saat itu, setiap kali menonton televisi, setiap kalinya gua melihat berbagai iklan tentang promo tiket murah bergentayangan di sana. Waktu itu gua sempat berfikir, “Emang mungkin ya? Ke Bali modal Rp99000 doang?.”

Gua bukan orang yang mudah percaya dengan iming-iming iklan seperti itu. Kadang, promosi semacam ini hanya membawa manis di awal saja, tapi terasa pahit di akhir. Jadi untuk amannya, gua selalu menunggu respon dari masyarakat yang telah mencoba layanan mereka, lalu menyebarkan opininya melalui berbagai forum di internet terlebih dahulu.

Menurut gua, melakukan cara seperti itu lebih masuk akal aja dibanding menumbalkan diri termakan rayuan iklan-iklan itu.

Dari berbagai opini-opini yang beredar, kebanyakan dari mereka mengeluhkan pelayanan setengah hati yang diberikan oleh maskapai-maskapai itu. Sebagian dari mereka bahkan menggambarkan suasana kelam sesaat setelah mereka memasuki pesawat.

“Buset, gue mau ambil tempat duduk di samping jendela aja, mesti rebutan segala!.”

Pada waktu itu, maskapai-maskapai yang beriklan tidak memberikan nomor bangku kepada penumpang saat check-in. Mereka masih menerapkan prinsip, "Siapa cepat dia dapat."

Saat membaca opini-opini itu. Gua sempat berfikir, menaiki maskapai berbiaya rendah berarti sama saja dong seperti menaiki sebuah bis kota.. bedanya?. Bis kota yang ini bisa terbang.

Dari bermacam respon yang beredar, gua pun akhirnya bisa membuat suatu kesimpulan, bahwa secara garis besar bisnis penerbangan murah merupakan suatu bisnis yang cukup cerah di masa depan.

Mana mungkin ada orang yang pernah kecewa dengan suatu layanan kemudian menyebarkan kekecewaannya ke media masa, tetapi masih tetap menggunakannya lagi di lain kesempatan?. 

***

Waktu gua berumur 20 tahun tepatnya bulan Februari 2007 lalu. Untuk pertama kalinya gua pergi ke pulau dewata, Bali. Bali menjadi pilihan gua, karena.. Selama dua puluh tahun hidup, gua sama sekali belum pernah ke sana. :)

Selain itu, hal yang membuat gua memutuskan untuk pergi ke sana adalah rasa penasaran yang amat sangat terhadap pulau itu.

Banyak orang berkata, sekalinya kita menapakkan kaki di sana, sekalinya kita akan terkenang terus untuk menyinggahinya lagi di lain kesempatan. Pada perjalanan itu untuk pertama kalinya gua menggunakan maskapai berbiaya rendah.

***

Untuk mendapatkan tiket promo. Biasanya gua menggunakan prinsip: Wait and See. Banyak kok promo “gila” dari berbagai maskapai domestik setiap tahunnya. Asal satu, kita mau sabar menunggu.

Traveling adalah suatu sikap aktualisasi diri terhadap management perencanaan. Dengan perencanaan yang matang, tentunya akan menghindari kita dari perasaan kecewa yang amat sangat saat kita sedang berpergian nanti. Fleksibilitas terhadap berbagai pilihan menjadi pilihan gua dalam merencanakan suatu perjalanan. Jika memang perjalanan menggunakan pesawat itu masih terasa mahal. Kita bisa kok mencoba alternatif murah lain. Pakai Kereta Api Ekonomi, misalnya?.

Kira-kira satu tahun yang lalu gua bersama teman-teman kampus seangkatan melakukan eskursi ke daerah Karang Sambung, Kebumen, Jawa Tengah. Untuk mencari transportasi yang bisa menampung ke-80 mahasiswa-mahasiswa itu, kita pun akhirnya mem-booking satu gerbong Kereta Api Ekonomi dari Stasiun Kiara Condong, Bandung, Jawa Barat.

Hmm.. ya itu adalah pertama kalinya gua pergi menggunakan Kereta Api Ekonomi jarak jauh.

Susunan bangku dan gerbong kereta Ekonomi tidak jauh berbeda dengan susunan Kereta Api kelas Bisnis. Perbedaan hanyalah: yang satu ada kipas angin, yang satunya tidak ada. 

Banyak hal yang gua lakukan buat mendinginkan suhu dalam gerbong kereta yang sangat panas waktu itu.


  • Pertama, gua kipas-kipas pake buku, tapi kalau kelamaan.. “Halah, tangan pegel juga neh!."
  • Kedua, gua buka jendela.. Ide membuka jendala sebenarnya cukup masuk akal melihat pengapnya gerbong saat itu.

Tapi..

Harap-harap mendapat hembusan angin semilir dari luar kaca, eh malahan angin panas musim kemarau yang  tersedot dari luar masuk ke dalam. Beberapa saat sebelum kaca dibuka, gua cuma butuh satu buku untuk mendinginkan kepala, tapi setelah dibuka..

Gua jadi butuh dua.. 

Selain keadaan kereta yang pengap dan dipenuhi banyak penumpang, kondisi tersebut diperparah dengan pedagang dan pengamen yang selalu keluar masuk setiap saat. Sadar akan kondisi tersebut berbahaya, gua pun memutuskan menjaga seluruh barang bawaan dari tangan-tangan jahat yang siap merampasnya kapan saja..

Sampai akhirnya kereta berhenti di salah satu stasiun, dia berhenti cukup lama di sana..

Di situlah gua mulai merasa bosan karena telah duduk berjam-jam lamanya. Sampai akhirnya ada seseorang pengamen masuk ke dalam gerbong tempat gua berada. Dia ber-make-up tebal, berambut panjang, tapi berjakun..

Karena merasa terganggu telah memberikan uang seribu terhadap seluruh pengamen yang telah mengamen dari tadi. Satu orang teman akhirnya memutuskan untuk berpura-pura tidur sambil menggunakan kaca mata hitam pekat miliknya.

Selesai sang pengamen tersebut membawakan sebuah lagu dengan iringan kencringan yang terbuat dari tutup botol besi yang dipaku pada sebuah kayu bekas. Dia pun lantas berkeliling meminta bayaran kepada penumpang di dalam.

Gua beserta ketiga teman gua segera memberikan “uang damai” seketikanya dia meminta bayaran di samping kita.

Ternyata, setelah kita memberinya uang, dia tidak lantas pergi melainkan malah kembali lagi bernyanyi sambil bergoyang erotis "TEPAT" di samping kita berempat.

Kita kaget!

Apalagi saat bernyanyi itu, dia dengan sengaja menggerak-gerakkan tangannya turun naik menjamah hampir seluruh badannya: dada, perut, bahkan ketiaknya pun berhasil dipegang-pegang olehnya.

Kondisi kereta yang panas dan pengap membuat make-up yang awalnya merias seluruh wajahnya menjadi luntur seiring dengan menetesnya keringat-keringat dia yang mulai berkucuran.

Melihat permaknya yang luntur. Kita bertiga takut.. kita semakin takut..


"Ni, orang kenapa sih?." tapi pada saat yang sama, gua pun memperoleh jawaban (secara tidak langsung) saat menoleh ke seorang teman yang sedang berpura-pura tidur menggunakan kacamata hitamnya itu.

“Aih, si abang tidur aja.. Eke lagi nyanyi nih. Kok didemin aja, mana bayarannya?,"

Dia tetap diam dan pura-pura tidur.

"Ya udah eke yang bayar yey, tapi pake ciuman.”

Dan diciumlah dia..

Tepat di bibirnya..

4 komentar:

Anonim mengatakan...

LOL.. gue suka cerita lu, Dik! :D

Andhika Panduwinata mengatakan...

Terima kasih, brow! :)

Dyah Susilowati Susie Wae mengatakan...

hahahaaa..menjijikan..
mas bro,kalo tiket pswat LN biasanya promo tiap bulan apa ya?eh ane kasih dikit link keren nih..
http://a-journo.blogspot.com/2011/08/passport-by-rhenald-kasali.htmlya promo tiap bulan apa ya?eh ane kasih dikit link keren nih..
http://a-journo.blogspot.com/2011/08/passport-by-rhenald-kasali.html

Andhika Panduwinata mengatakan...

Kalau untuk tiket promo, itu semua tergantung dari maskapai masing-masing. Tapi, ada banyak cara kok supaya kita bisa selalu update sama info tiket itu.

Salah satunya, ya... dengan mengikuti newsletter mereka. Dengan begitu, setiap kali mereka mengeluarkan tiket promo, secara otomatis mereka langsung mengirimi kita email pemberitahuan.

Posting Komentar