28 Januari, 2007

Traveling Timur Tengah (Bagian II) : Kelaparan di Padang Pasir.

Dalam cerita ini, gua ingin menceritakan pengalaman gua kelaparan ketika melakukan ritual haji di Padang Arafah bersama 200.000 jemaah haji Indonesia lainnya.

Note : Cerita ini dibuat tanpa ada sesuatu yang gua tutupi. Semua informasi berdasarkan atas apa yang gua alami, rasakan, dan lihat langsung selama di sana.

-- Mengungkap cerita yang kurang terungkap! 

Beberapa hari sebelum keberangkatan ke Padang Arafah (PA). Kami diberitahu untuk tidak membawa makanan banyak-banyak dari Mekah oleh ketua rombongan.

"Pengalaman dari tahun ke tahun, makanan selalu tersedia melimpah di sana", ujarnya.

Mendengar hal tersebut, sebagain besar jamaah akhirnya memutuskan untuk tidak membeli makanan dalam jumlah banyak, selain makanan ringan yang dapat disimpan dikantong dan dimakan sewaktu senggang.

Barang yang gua bawa untuk ke sana cukup sedikit : dompet, passport, HP, casan, pakaian ganti, dan baju ihram. Sedangkan, ibu membawa makanan ringan beserta dengan perlengkapan yang sama seperti yang gua bawa dalam tasnya.

--

Ihram merupakan pakaian wajib bagi kaum muslim yang hendak melaksanakan Ibadah Haji ataupun Umrah. Pakaian Ihram pria terdiri dari dua buah kain putih tebal dan tidak berjahit, sedangkan ihram wanita adalah pakaian biasa yang menutup aurat. Terdapat banyak versi dan cara dalam penggunaan pakaian ini. Kesemuanya ditentukan berdasarkan atas faktor : kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya.

"Keamanan bagi penggunanya?"

Maksudnya.. Pakaian tersebut tidak boleh mudah terbuka, karena akan berakibat fatal bagi pria apabila terlepas. Maklum, pria dilarang memakai celana dalam selama dia memakai ihram. :)

Banyak pria mempunyai kebiasaan duduk "ngangkang" di rumah. Kebiasaan itu tanpa disadari dilakukannya ketika sedang mengenakan ihram di PA.

Untuk perempuan yang penasaran. Silahkan mampir ke tenda pria, dan melihat sendiri "contekan" ukuran apa saja yang tersedia di balik ihram para pria yang sedang "ngangkang" tersebut! HAHA..

(Kiri) Gua menggunakan ihram, (kanan) ihram perempuan.
--

Perjalanan bus dari Mekah - PA memakan waktu kurang dari satu jam lamanya. Sepanjang jalan kita disuguhi pemandangan perbukitan batuan yang tersusun acak di padang tandus yang cukup luas.

Seketika, gua merasa beruntung tidak menemukan kegersangan di mana-mana di Indonesia. Negara kita memiliki tanah yang cukup subur untuk ditumbuhi berbagai jenis tanaman apapun.

Perjalanan Mekah - Padang Arafah

--

Arafah adalah sebuah padang pasir yang luas di sebelah timur-laut Mekah. Di padang tersebut, setiap tanggal 9 Dzulhijjah pada penanggalan Hijriyah berkumpul lebih dari dua juta umat Islam dari berbagai negara untuk melaksanakan salah satu dari ritual ibadah haji, yaitu Wukuf.



Suasana Padang Arafah sehari sebelum Wukuf

Saat itu SA sedang menghadapi musim dingin. Kondisi tersebut menyebabkan suhu di pagi hari cukup dingin, antara 1 - 7 derajat celcius, sedang di siang hari suhu cukup sejuk, antara 8 - 15 derajat celcius.

Kondisi itu akan berbeda jauh apabila ibadah haji dilaksanakan pada musim panas. Suhu pada siang hari dapat mencapai 35 - 40 derajat celcius!.

Untuk menghadapi cuaca ekstrim tersebut. Para jemaah mendapat imunisasi miningitis ketika di Indonesia. Yang tujuannya memberikan kekebalan bagi jemaah terhadap penyakit radang selaput otak yang menyerang pada kondisi ekstrim di SA.

Seluruh jamaah sampai di PA satu hari sebelum pelaksanaan wukuf. Dengan terlebih dahulu mengenakan ihram ketika mereka di Mekah sebelumnya.

Di sana, kita akan menempati tenda-tenda yang tersebar di seluruh wilayah Arafah. Pembagian tenda dibagi menurut nomor maktab dan negaranya masing-masing. Karena Indonesia memiliki jumlah jemaah yang cukup besar, 240.000 jemaah ONH dan ONH plus. Maka di setiap blok, kita dapat menemukan tenda-tenda khusus jemaah Indonesia dengan mudahnya.

Kondisi tenda jemaah haji

Note : Ketika kita tidur mengenakan ihram. Kita tidak boleh menggunakan selimut untuk menghangatkan diri. Kondisi tersebut sangat menyiksa, ketika kita harus tidur dalam suhu 5 derajat celcius dalam tenda terbuka dan ditemani angin gurun yang berhembus masuk melalui sela-sela tenda.

Kalau kalian menggunakan AC dengan suhu minimum 16 derajat celcius saja, kalian harus menutup diri dengan selimut. Bagaimana dengan suhu 5 derajat, "tanpa selimut?..

Udara dingin masuk lewat celah tenda saat malam hari
-- Keesokan harinya

Sudah 24 jam setelah kedatangan di PA, kami belum mendapat makanan sama sekali. Para jamaah mulai resah, karena dalam jelang waktu tersebut mereka hanya memakan biskuit yang mereka beli ketika di Mekah dulu. Kondisi tersebut diperparah mengingat terdapat jemaah yang telah uzur pula ikut menahan lapar sejak 24 jam lalu.

Para ibu-ibu lalu meminta keterangan langsung dari ketua rombongan menyangkut masalah itu.

Menurut mereka, "ketua rombongan" lah yang mempunyai andil besar menyangkut kelaparan yang sedang terjadi. Karena dia pernah menyarankan jamaah untuk tidak membawa makanan banyak-banyak dari Mekah. Beliau juga menjanjikan makanan selama di PA tersedia melimpah, dan tidak akan kekurangan apapun.

"Sekarang kita ga ada lagi makanan yang bisa di makan, selain biskuit yang dimakan bersama-sama dan hampir habis!"

Sayang, usaha mereka tidak membuahkan hasil. Semua tanggungjawab pendistribusian makanan sepenuhnya di tangan pemerintah berserta pihak katering sebagai pihak pendistributor..

Tapi ketua rombongan tetap berusaha menenangkan jamaah yang mulai terlihat marah itu.

"Ibu-ibu sekalian, saya sebagai ketua juga bisa merasakan apa yang ibu dan semua rasakan, karena kita juga sama-sama belum makan. Tapi, semoga ibu-ibu cukup sabar dan tetap fokus menjalankan ibadah wukuf yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi". 

Pernyataan tersebut cukup membuat hati jamaah tenang.. Paling tidak untuk beberapa saat .. sebelum hal mengerikan dan memalukan terjadi beberapa saat kemudian..

--

Penjelasan mengenai masalah makanan pun akhirnya didapat ketika jam 8 pagi hari itu. Kami mendapat kabar mengejutkan menyangkut masalah pendistribusian makanan yang terhambat tersebut.

"Pemerintah pada tahun ini mengalihkan jasa distributor makanan kepada agen katering baru yang belum berpengalaman. Maka itu, beban tugas yang diberikan kepada agen yang tidak berpengalaman itu akhirnya berakhir malapetaka. Pendistribusian macet dan tidak merata tanpa ada penanganan konkret yang berarti sama sekali."

Tersendatnya pendistribusian makanan menyebabkan kelaparan masal jemaah haji Indonesia ONH yang berjumlah 200.000 orang di sana!

Beberapa jam sebelum wukuf, jemaah haji memutuskan untuk tidur untuk mengurangi rasa lapar.

--

Tahun 1998 adalah tahun yang akan diingat selalu oleh bangsa.Indonesia, awal tahun tombak lahirnya negara Demokrasi di negara kita. Walaw begitu, proses memperoleh "pen-Demokrasi-an" tersebut melalui jalan yang cukup pahit untuk dikenang. Penjarahan, pembakaran, pembunuhan, dan kerusuhan terjadi di mana-mana saat itu. Menyisakan masalah ekonomi dan kenangan buruk bagi siapa saja yang pernah merasakannya.

"Apakah kalian percaya, bahwa kejadian serupa sempat terjadi di SA waktu itu?".

--

Dua puluh empat jam sudah kami menahan lapar. Keheningan yang tadinya dirasakan, lambat laun berubah menjadi keributan yang terdengar jelas datang dari luar tenda.

Gua mencoba melihat apa yang sedang terjadi. Sesampainya di luar, gua mencari asal suara keributan tersebut. Sampai akhirnya, suara itu menuntun gua untuk melihat ke luat jalan...

--

Di jalan, banyak terdapat mobil pick-up yang berlalu lalang di depan tenda haji. Mobil-mobil tersebut bertugas mendistribusikan makanan untuk jemaah haji Indonesia maupun negara lain.

Ketika menyaksikan apa yang terjadi di sana. Gua diam dan tidak berkata apa-apa karena saking kagetnya !

Para jemaah asal Indonesia berkumpul di jalan mencegat sebuah mobil pick-up yang sedang melintas. Karena jumlah masa yang turun di jalan cukup banyak. Maka tanpa kuasa, pengemudi pun menghentikan mobil dan membiarkan makanan yang diangkutnya, raib dijarah orang-orang tersebut.

"Jemaah Indonesia MENJARAH!!"

Roti, dan buah-buahan yang tadinya diperuntukkan untuk jamaah lain akhirnya hilang dirampas tak bersisa.

Jujur, gua cukup malu melihat kejadian tidak pantas tersebut terjadi di sana. Apalagi kejadian itu diliput wartawan dari berbagai negara. Pada titik ini lah, penyesalan gua terhadap pemerintah mencapai puncaknya.

--

Para jemaah mulai memberitakan masalah ini kepada keluarganya di tanah air melalui SMS. Gua mendapat kabar, ternyata berita tentang kelaparan ini sedang diberitakan juga oleh siaran berita di Indonesia.

Ketika kejadian itu berlangsung, siaran berita lokal Arab pun meliput kejadian yang sama. Sampai akhirnya, karena luasnya pemberitaan itu. Maka orang-orang Arab yang mengetahui kejadian tersebut, terbuka hatinya untuk membantu jemaah Indonesia yang sedang kelaparan, dengan memberi "sedekah" secara sukarela.

Sungguh ironis, di mana jemaah Indonesia yang mampu dalam materi secara garis besar, akhirnya harus rela menjulurkan tangan untuk mendapat "sedekah" seperti pengemis.

Warga Arab tersebut membagikan makanan dalam sebuah kotak kecil berisi : roti, biskuit, dan minuman kepada setiap tenda-tenda jemaah Indonesia. Walau jumlahnya terbatas, yaitu sepuluh kotak makanan untuk satu tenda yang berisi enam puluh orang di dalamnya.

Tapi paling tidak, sikap kedermawanan itu telah sedikit meredakan kemarahan para jemaah Indonesia terhadap kebodohan pemerintah.

Apa yang pemerintah lakukan menyangkut kejadian memalukan ini? Mereka seperti kura-kura, banyak bicara, tapi telat bertindak!. Menurutnya : Gampang lah, tinggal minta maaf juga jemaah udah, kenyang!!.

-- Beberapa berita terkait yang sempat gua cari di google.com dengan kata sandi "Haji Kelaparan"


Pangkalan Brandan, 29 Desember 2006 12:24
Sebanyak 3.000 orang jemaah haji Indonesia yang berada di Maktab 43 terancam kelaparan sejak tiba di Arafah karena catering (makanan) yang tidak dikirim sejak Kamis (28/12).

"Catering yang biasa dikelola pihak pemerintah Saudi Arabia kabarnya diserahkan ke pihak Departemen Agama RI tapi sejak tadi malam (Kamis, 28/12 --Red) hingga Jum`at (29/12) pagi ini pasokan makanan tidak datang," kata Thamrinuddin, jamaah haji kloter delapan embarkasi Jakarta, dari Arafah, Jum`at (29/12).

Menurut Thamrinuddin, sekitar 3.000 jemaah Indonesia yang menempati Maktab 43 belum menerima jatah makanan katering itu mulai Kamis hingga Jum`at pagi (29/12) ini.

"Sebelum di Arafah, tak ada masalah dengan katering tapi menurut kabar yang saya terima, sejak Depag RI menawar harga katering yang telah ditetapkan pihak Saudi, sejak itu pula masalah ini timbul," katanya.

"Persoalan katering itu hendaknya dapat segera terselesaikan sehingga para jamaah haji Indonesia dapat lebih khusuk menjalani kegiatan ibadah mereka," kata Thamrinuddin.

Sekitar dua juta muslim menunaikan ibadah haji dan lebih dari 200 ribu orang di antaranya berasal dari Indonesia. [EL, Ant]

---


Jakarta, 3 Januari 2007 12:12
Direktur Lembaga Konsumen Muslim Indonesia (LKMI) Al Bukhari A Wahid menilai, persoalan kelaparan Jamaah haji di Arafah merupakan puncak gunung es masalah penyelenggaraan haji di Tanah Air.

Menurut Bukhari di Jakarta, Rabu, masih banyak persoalan lain yang tidak sempat terpublikasikan oleh media nasional, apakah karena memang ada upaya sistematis yang dilakukan Departemen Agama untuk meredam informasi negatif rentang penyelenggaraan haji.

"Atau memang akses informasi media nasional sangat terbatas tentang penyelenggaraan haji ini," katanya.

Ia juga mengatakan menyangkut haji, ada persoalan lain yang tidak lebih ringan dari persoalan Arafah, yaitu, menyangkut akomodasi jamaah haji di Mekkah. Berdasarkan informasi dari sumber internal Konsulat Haji di Jeddah, terdapat banyak gedung yang diisi lebih dari kapasitas yang diizinkan oleh pemerintah Arab Saudi.

Biaya pemondokan untuk Jamaah di Mekkah, kata dia, sebenarnya telah dinaikkan dari 1.500 Real menjadi 2 ribu real, namun sebaliknya yang terjadi adalah banyak gedung dengan kapasitas 300 orang diisi 500 orang.

"Hingga sebagian jamaah harus tinggal di lantai mezanin yang diubah menjadi kamar," ujarnya.

LKMI sejak Ramadhan lalu telah memperingatkan Menteri Agama dan Dirjen Haji akan timbul masalah dalam penyelenggaraan haji itu, namun upaya itu tidak ditanggapi secara dingin yang justru sebaliknya ditanggapi negatif sehingga terjadilah peristiwa di Arafah itu.

"Oleh karena itu, LKMI prihatin yang sangat mendalam kepada seluruh Jamaah haji Indonesia berserta keluarga atas malapetaka yang telah terjadi tersebut," katanya.

Sebelumnya dilaporkan, Lembaga Konsumen Muslim Indonesia (LKMI) akan melayangkan gugatan class action kepada pemerintah terkait dengan kasus kelaparan yang sempat menimpa 189 ribu Jamaah haji Indonesia di Arafah dan Mina, Arab Saudi.

"Soalnya pemerintah sudah membuat Jamaah haji Indonesia tidak sempurna dalam menjalankan ibadahnya itu, hingga kami melalui kantor pengacara Eggi Sudjana akan melayangkan gugatan class action kepada pemerintah," kata Direktur LKMI, Al Bukhari A Wahid, di Jakarta, Selasa (2/1).

Menurut Bukhari, Jamaah haji Indonesia itu lebih dari satu hari satu malam, mengalami kelaparan padahal mereka harus mengikuti kegiatan wukuf, puncak dari ibadah haji, yang memerlukan ketenangan dalam berdoa dan berdzikir. [TMA, Ant]

--

Setelah kita kembali ke pemondokan haji di Mekah beberapa hari kemudian, di dalam pemondokan terdapat secarik kertas, hmm.. yang menurut gua cukup menarik apabila gua ambil gambarnya. Silahkan klik gambar untuk memperjelas tulisan tersebut.

Surat Permintaan maaf dari Mentri Agama menyangkut masalah kelaparan, yang dipasang dipemondokan haji, Mekah

---

Bersambung

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya pernah tau kalau pernah ada kejadian para haji kelaparan. tapi saya ga pernah tau kalau separah itu jadinya.

Parah banget tuh kalau sampe begitu?!

Andhika Panduwinata mengatakan...

Iya dulu waktu ke sana sempet kelaperan. Sebenernya ga ada masalah buat jemaah yg mash muda, tapi jelas jadi "masalah" buat jemaah-jemaah yang udah tua.

Anonim mengatakan...

ngeri banget sih... hiiii...

Posting Komentar